Senin, 20 Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Biologi yang dikaitkan dengan geografi memunculkan biogeografi, yaitu ilmu yang mempelajari penyebaran makhluk hidup di atas permukaan bumi serta hubungan-hubungannya dengan ruang dan waktu. Biogeografi ini terbagi atas tiga disiplin ilmu yaitu geografi manusia (human geography), geografi hewan (zoogeography) dan geografi tumbuhan (plant geography = Phythogeography).
            Geografi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena tumbuhan dalam hal persamaan maupun perbedaan dalam kaitannya dengan kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan. Demikian juga dengan geografi hewan adalah sebagai ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena dunia hewan yang berkaitan dengan aspek kelingkungan maupun kewilayahan dalam konteks keruangan.
Fenomena dunia tumbuhan maupun hewan itu dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tanah (lahan), iklim, topografi dan tidak ketinggalan faktor manusia, dengan segala subvariabel dari masing-masing faktor tersebut. Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang menetap, memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa dengan sumber bahan makanan dari gas dan zat cair, melalui bantuan klorofil oleh cahaya. Tumbuhan dipermukaan bumi sebagai objek kajian bagi ahli geografi tumbuhan. Bentuk fisik maupun sifat masyarakat tumbuhan tersebut berbeda-beda menurut besaran lintang, topografi, maupun kedudukannya pada benua. Oleh sebab itu para ahli geografi tumbuhan lebih memusatkan perhatiannya terhadap hubungan tumbuhan dengan tanah, topografi dan iklim untuk mengkaji persebaran, jenis beserta agihan.Objek kajian geografi tumbuhan adalah tumbuhan yang sifatnya natural dan bukan tumbuhan yang sudah mendapatkan perlakuan khusus atau rekayasa oleh manusia
B.Tujuan Praktek Lapang
Melalui praktek lapang mata kuliah Biogeografi atau Geografi Hewan dan Tumbuhan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1.Penguasaan materi tidak hanya sekedar teori namun juga melihat contoh nyata hewan maupun tumbuhan secara langsung di lokasi praktek.
2.Mengkaji jenis-jenis tumbuhan yang hidup di lokasi praktek khususnya desa Panaikang, Malino
BAB II
KAJIAN TEORI
Kayu putih (Melaleuca cajuputi sub sp. cajuputi) Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Minyak atsiri hasil destilasi atau penyulingan daun kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn.) ini memiliki bau dan khasiat yang sangat khas, sehingga banyak dipakai oleh setiap orang, terutama pada bayi.minyak kayu putih dapat tumbuh didaerah tandus,tahan panas dan tumbuh kembali setelah dibakar pohonnya. Pohon kayu putih terdapat secara alami di daerah Asia Tenggara, yang tumbuh di dataran rendah atau rawa tetapi jarang ditemui di daerah pegunungan. Tanaman kayu putih yang tumbuh di rawa-rawa mempunyai komposisi kimia yang berbeda dengan yang terdapat pada dataran rendah. Komponen utama dalam minyak kayu putih adalah sineol yang mencapai 65%. Dengan adanya komponen tersebut, minyak kayu putih dapat langsung digunakan sebagai obat-obatan dan minyak wangi. Tetapi di luar negeri, minyak kayu putih juga digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi dan parfum. Tanaman lain yang juga mengandung sineol adalah eucalyptus, dengan kadar yang kebih besar yakni sekitar 85%.
Permukaan daun minyak kayu putih berambut, warna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan, Daun bila dimemarkan berbau minyak kayu putih. Perbungaan majemuk bentuk bulir, bunga berbentuk seperti lonceng, daun mahkota warna putih, kepala putik berwarna putih kekuningan, keluar di ujung percabangan. Buah panjang 2,5-3 mm, lebar 3-4 mm, warnanya coklat muda sampai coklat tua. Bijinya halus, sangat ringan seperti sekam, berwarna kuning. Buahnya sebagai obat tradisional disebut merica bolong. Ada beberapa varietas pohon kayu putih. Ada yang kayunya berwarna merah, dan ada yang kayunya berwarna putih. Rumphius membedakan kayu putih dalam varietas daun besar dan varietas daun kecil. Varietas yang berdaun kecil, yang digunakan untuk membuat minyak kayu putih. Daunnya, melalui proses penyulingan, akan menghasilkan minyak atsiri yang disebut minyak kayu putih, yang warnanya kekuning-kuningan sampai kehijau-hijauan. Daun kayu putih perbanyakan dengan biji atau tunas akar.
Minyak kayu putih (cajuput oil, oleum-melaleuca-cajeputi, atau oleum cajeputi) dihasilkan dari hasil penyulingan daun dan ranting kayu putih. Tanaman yang memiliki nama latin Meialeuca leucadendra L ini dapat tumbuh di tanah tandus, tahan panas dan dapat bertunas kembali setelah terjadi kebakaran. Tanaman ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 400 m dpl.
Menurut Bailey (1963) dalam Ketaren dan Djatmiko, 1978), Tanaman kayu putih dapat tumbuh di daerah yang mengandung air garam, angin bertiup kencang, kering dan berhawa sejuk. Dengan kondisi diatas maka tanaman ini dapat juga ditanam didaerah pantai dan pegunungan.
Pohon kayu putih terdapat secara alami di daerah Asia Tenggara, yang tumbuh di dataran rendah atau rawa tetapi jarang ditemukan di daerah pegunungan. Tanaman kayu putih yang tumbuh di rawa-rawa mempunyai komposisi kimia yang berbeda dengan yang terdapat pada dataran rendah. Tanaman yang tumbuh di rawa-rawa mempunyai kadar sineol yang rendah, bahkan ada yang tidak mengandung sineol, sehingga tanaman kayu putih yang tumbuh di rawa-rawa tidak mempunyai nilai ekonomi (Ketaren dan Djatmiko, 1978).
Di Indonesia tanaman kayu putih tumbuh di Maluku (pulau Baru, Seram, Nusalaut, Ambon) dan Sumatra Selatan (sepanjang sungai Musi, Palembang) Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya. Di daerah tersebut tanaman kayu putih tumbuh secara alami, sedangkan tanaman yang diusahakan terdapat di Jawa Timur, dan Jawa Barat.
Pohon ini memiliki tinggi 10-20 m, kulit batangnya berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan kulit yang terkelupas tidak beraturan. Batang pohonnya tidak terlalu besar, dengan percabangan yang menggantung kebawah. Daun tunggal, agak tebal seperti kulit, bertangkai pendek, letak berseling. Helaian daun berbentuk jorong atau lanset, panjang 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm, ujung dan pangkalnya runcing, tepi rata, tulang daun hampir sejajar. Permukaan daun berambut, warna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan, Daun bila diremas atau dimemarkan berbau minyak kayu putih. Perbungaan majemuk bentuk bulir, bunga berbentuk seperti lonceng, daun mahkota warna putih, kepala putik berwarna putih kekuningan, keluar di ujung percabangan. Buah panjang 2,5-3 mm, lebar 3-4 mm, warnanya coklat muda sampai coklat tua. Bijinya halus, sangat ringan seperti sekam, berwarna kuning. Buahnya sebagai obat tradisional disebut merica bolong. Ada beberapa varietas pohon kayu putih. Ada yang kayunya berwarna merah, dan ada yang kayunya berwarna putih.
Rumphius membedakan kayu putih dalam varietas daun besar dan varietas daun kecil. Varietas yang berdaun kecil, yang digunakan untuk membuat minyak kayu putih. Daunnya, melalui proses penyulingan, akan menghasilkan minyak atsiri yang disebut minyak kayu putih, yang warnanya kekuning-kuningan sampai kehijau-hijauan. Perbanyakan dengan biji atau tunas akar.
Sebagai tumbuhan industri, kayu putih dapat diusahakan dalam bentuk hutan usaha (agroforestri. Perhutani memiliki beberapa hutan kayu putih untuk memproduksinya. Minyak kayu putih yang diambil dari penyulingan biasa dipakai sebagai minyak balur atau campuran minyak pengobatan lain (seperti minyak telon) atau campuran parfum serta produk rumah tangga lain.
Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Minyak atsiri hasil destilasi atau penyulingan daun kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn.) ini memiliki bau dan khasiat yang khas, sehingga banyak dipakai sebagai kelengkapan kasih sayang ibu terhadap anaknya, terutama ketika masih bayi.
Ciri-ciri bahan minyak kayu putih yang bagus diantaranya pohon kayu putih yang berdaun lebat dan tua. Disamping itu musim kering juga sangat berpengaruh, semakin kering kandungan minyaknya semakin banyak.
Selain menghasilkan minyak kayu putih, batang dan daun yang telah dimasak dikeringkan lagi untuk digunakan menjadi bahan bakar. Batang kayu putih sebagai bahan bakar tungku penyulingan, sedang daun yang telah kering digunakan untuk masak sajeng (nira).
Karena dapat tumbuh di daerah yang tandus, maka penanaman kayu putih selain untuk mendapatkan minyaknya, dapat juga digunakan untuk mencegah erosi pada tanah yang gundul (Anonim 2008). Selain itu, tanaman kayu putih mampu mempercepat pemulihan hutan sekunder dari kebakaran maupun dari pengembalaan liar yang berpindah-pindah. In di karenakan tanaman kayu putih mampu bertahan pada areal yang memiliki suhu yang sangat tinggi termasuk bijinya yang dapat bertahan saat terjadi kebakaran hutan (Soetrisno 1990).
Secara ekologi, tanaman kayu putih merupakan tanaman yang mempunyai perakaran dalam sehingga mempercepat daur ulang unsure-unsur hara dari serasahnya. Manfaat ekologi yang lain juga adalah dengan pengurangan aliran air permukaan, pencucian unsur hara dan erosi tanah melalui efek rintangan yang dihasilkan oleh akar-akar dan batang pohin pada proses tersebut juga Perbaikan struktur tanah melalui penambahan bahan organik secara tetap dari daun- daun yang terkomposisi ( Lajihe, 2000).
Lain halnya dengan aspek ekonomi, banyak orang mengakui bahwa nilai ekonomis kayu putih jauh lebih kecil dibandingkan dengan kayu jati yang dihasilkan PT Perhutani. Namun demikian, proses produksi tersebut berdampak luas secara sosial. Secara ekonomi tanaman kayu putih memang lebih rendah nilainya ketimbang kayu jati. Tapi, usaha minyak kayu putih mampu menyerap ribuan tenaga kerja sehingga memiliki dampak positif yang sangat besar dari kegiatan tersebut.
Dari usaha minyak kayu putih memiliki nilai yang dihasilkan dalam setengah bulan sekitar 200 hingga 300 kilogram dengan harga jual kisaran Rp 100 ribu per kilogram. Banyak sedikitnya hasil penyulingan tergantung bagus tidaknya bahan baku. Dengan demikian diprlukan tinjauan yang kebih mendalam mengenai usaha yang dikembangkan dari tanaman kayu putih ini. Karena selain daunnya yang di manfaatkan. Batang dan pohonnya memiliki nilai ekonomi seperti menjadikannya kayu baker yang di gunakan untuk biaya produksi minyak kayu putih itu sendiri.
Dalam usaha pemerintah mengembangkan sector hasil hutan bukan kayu, maka usaha yang meliputi pengembangan produksi kayu putih perlu di tijau ulang. Sehingga dapat di temukan solusi cerdas yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang menggeluti bidang ini. Dari beberapa hasil penelitian, membuktikan bahwa masyarakat mengalami hambatan dalam permodalan usaha ini. Peran pemerintah untuk membantu kinerja usaha yang sengaja di kembangkan tersebut diperlukan campurtangan pemerintah yang lebih positif ketimbang memberdayakan mereka tanpa tujuan yang jelas.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Nama Latin :  (Melaleuca cajuputi sub sp. cajuputi)
Nama Indonesia : daun kayu putih
Nama Lokal :
Gelam (Sunda, Jawa), ghelam (Madura), inggolom (Batak); Gelam, kayu gelang, kayu putih (Melayu), bru galang,; Waru gelang (Sulawesi)
2.      Habitat hidup /syarat hidup daun kayu putih
1.        Lahan
Pada umumnya kayu putih relatif mudah ditanam, terutama pada jenis tanah grumosol, latosol, maupun regosol.  Jarak tanam ideal pada hutan tanaman biasanya menggunakan 2 x 1 m, atau 3 x 1 m, untuk pola tanam tumpangsari. Pengolahan lahan dapat dilakukan dengan dicangkul atau untuk lahan yang topografinya datar dapat diolah dengan traktor.  Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan sistem cemplongan yaitu tanah yang diolah hanya seluas 1 m2 dari titik tanam.  Lubang tanam dapat dibuat dengan berbagai macam ukuran, tetapi yang dianjurkan adalah 30 cm x 30 cm x 30 cm.  Lubang tanam dipupuk dengan kompos sebanyak 1-2 kg per lubang untuk memacu pertumbuhan awal tanaman. Pemasangan ajir dengan ukuran 50-80 cm agar ajir mudah dilibat dan penanaman menjadi lebih mudah.
2.        Iklim
Kayu putih merupakan tanaman panas. Akan tetapi, dalam penanamannya, bibit kayu putih memerlukan kelembaban yang tinggi. Bibit kayu putih ditanam pada bulan januari – pebruari, karena memiliki curah hujan yang tinggi. Jika bibit ditanam pada bulan lain, maka diperlukan penyiraman agar bibit dapat tumbuh.
3.        Perawatan
a)        Penyiangan
Penyiangan adalah pembersihan gulma yang tumbuh disekitar tanaman kayu putih. Gulma perlu dihilangkan Karen akan mengganggu pertumbuhan kayu putih. Unsure hara yang ada dalam tanah akan diambil oleh gulma. Penyiangan harus dilakukan secara kontinyu agar gulma tidak tumbuh merjalela.
b)        Pendangiran
Pendangiran merupakan pekerjaan menggemburkan tanah pada sekitar batang pokok. Tujuannya adalah untuk memberikan aerasi tanah yang lebih baik dan sistem perakaran menjadi sehat.
c)        Pemangkasan Batang
kegiatan pemangkasan ini bertujuan untuk permudaan cabang dan memudahkan dalam pemungutan daun. Untuk tegakan yang telah berumur lebih dari 5 tahun sebaiknya dilakukan pemangkasan setinggi 1 m, dan sebaiknya pekerjaan ini dilakukan pada akhir musim kemarau atau menjelang musim hujan.
4.        Pemupukan
Pemberian pupuk lanjutan di lapangan cukup menggunakan pupuk kandang secukupnya atau pupuk organik (NPK atau Urea) dengan dosis 100gr/pohon untuk memacu pertumbuhan perakaran batang maupun daun.
3.      Nilai Ekologis
Secara ekologi, tanaman kayu putih merupakan tanaman yang mempunyai perakaran dalam sehingga mempercepat daur ulang unsure-unsur hara dari serasahnya. Manfaat ekologi yang lain juga adalah dengan pengurangan aliran air permukaan, pencucian unsur hara dan erosi tanah melalui efek rintangan yang dihasilkan oleh akar-akar dan batang pohin pada proses tersebut juga Perbaikan struktur tanah melalui penambahan bahan organik secara tetap dari daun- daun yang terkomposisi.
4.      Nilai Ekonomis
Dari aspek ekonomi, banyak orang mengakui bahwa nilai ekonomis kayu putih jauh lebih kecil dibandingkan dengan kayu jati yang dihasilkan PT Perhutani. Namun demikian, proses produksi tersebut berdampak luas secara sosial. Secara ekonomi tanaman kayu putih memang lebih rendah nilainya ketimbang kayu jati. Tapi, usaha minyak kayu putih mampu menyerap ribuan tenaga kerja sehingga memiliki dampak positif yang sangat besar dari kegiatan tersebut.
Dari usaha minyak kayu putih memiliki nilai yang dihasilkan dalam setengah bulan sekitar 200 hingga 300 kilogram dengan harga jual kisaran Rp 100 ribu per kilogram. Banyak sedikitnya hasil penyulingan tergantung bagus tidaknya bahan baku. Dengan demikian diprlukan tinjauan yang kebih mendalam mengenai usaha yang dikembangkan dari tanaman kayu putih ini. Karena selain daunnya yang di manfaatkan. Batang dan pohonnya memiliki nilai ekonomi seperti menjadikannya kayu baker yang di gunakan untuk biaya produksi minyak kayu putih itu sendiri.
5.      Nilai Medicine/Herbal
Tanaman kayu putih dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan dalam dunia kesehatan, diantaranya :
·         Anti Septic dan Bakteri : Minyak kayu putih ini sangat efisien dalam menanggulangi infeksi dari kuman, virus dan jamur, seperti tetanus, influenza dan penyakit-penyakit menular lainnya seperti kolera, tipus dan sebagainya. Sebagai obat luar digunakan untuk luka yang disebabkan besi yang berkarat agar terlindung dari tetanus.
·          Insektisida dan Vermifuge : Minyak kayu putih sangat efisien dalam berkendaraan jauh agat tidak masuk angin dan membunuh serangga. Aroma yang kuat sehingga bisa ditambah cairan lain kemudian dimasukan ke semprotan dan digunakan untuk mengusir nyamuk dan serangga lainnya.
·          Decongestant dan Expetorant : Kayu putih dapat dimanfaatkan untuk mengobatan gangguan pada hidung dan tenggorokan, organ pernapasan lainnya dan batuk serta infeksi lain yang menyebabkan radang tenggorokan dan bronchitis.
·         Kosmetik dan Tonik : bermanfaat untuk menghaluskan dan dan mencerahkan kulit dan bebas dari infeksi sehingga banyak dipergunakan untuk kosmetik , dapat mencegah infeksi pada kulit tersebut maka dipergunakan jugu sebagai tonik (pelindung).
·         Perangsang dan Sudororific : Bermanfaat merangsang saraf-saraf pada tubuh, memberikan efek pemanasan dan mempelancar sirkulasi pengeluaran sehingga dapat membantu toksin dikeluarkan daru tubuh melalui saluran pengeluaran.
·          Analgesik : bermanfaat mengurangi rasa sakit seperti sakit gigi, sakit kepala, sakit pada persendian, otot , pilek, demam dan lain-lain.
·          Panas : bermanfaat untuk mengurangi demam yang disebabkan karena terjadinya infeksi dengan mengelurkannya melalui keringat sehingga bisa mendinginkan suhu tubuh.
·          Udara : bermanfaat untuk mengeluarkan angin bagi penderita yang mesuk angin, mencegah masuk angin serta membantu mengeluarkan angin yang ada dalam perut melalui saluran pembuangan.
·         Anti Sakit Saraf : bermanfaat untuk mengatasi sakit sarat di sekitar daerah mulut termasuk tenggorokan, telinga, amandel, pangkal hidung, hulu tenggorokan dan sekitarnya. Sakit parah akibat konpresi di sekitar tenggorokan yang disebabkan makan premen, makanan, banyak tertawa dan berteriak. Dengan minyak kayu putih dapat membantu mengurangi rasa sakit karena dapat mempelancar peredaran darah sehingga dapat mengurangi pembengkakan sehingga melonggarkan tekanan saraf-saraf di tenggorokan sehinga dapat membantu langsung di daerah sekitar sakit tersebut.
6.      Nilai Estetika
Tanaman daun kayu putih ini merupakan tanaman yang tidak memiliki bunga sehingga dari segi estetika tidak terlalu menarik untuk dijadikan sebagai tanaman hias.
7.      Nilai Fisiografi
Ciri – ciri tanaman kayu putih antara lain :
1.        Pohon kayu putih mempunyai tinggi berkisar antara 10-20 m, kulit batangnya berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan kulit yang terkelupas tidak beraturan.
2.        Batang pohonnya tidak terlalu besar, dengan percabangan yang menggantung kebawah. Daunnya tunggal, agak tebal seperti kulit, bertangkai pendek, letak berseling.
3.        Helaian daun berbentuk jorong atau lanset, dengan panjang 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm, ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata dan tulang daun hampir sejajar. Permukaan daun berambut, warna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan, Daun bila diremas atau dimemarkan berbau minyak kayu putih.
4.        Perbungaan majemuk bentuk bulir, bunga berbentuk seperti lonceng, daun mahkota warna putih, kepala putik berwarna putih kekuningan, keluar di ujung percabangan. Buah panjang 2,5-3 mm, lebar 3-4 mm, warnanya coklat muda sampai coklat tua.
BAB IV
KSIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Kayu putih dapat tumbuh di tanah tandus, tahan panas dan dapat bertunas kembali setelah terjadi kebakaran. Tanaman ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 400 m dpl., dapat tumbuh di dekat pantai di belakang hutan bakau, di tanah berawa atau membentuk hutan kecil di tanah kering sampai basah.
Tanaman kayu putih (Melaleuca leucadendron L.) merupakan tanaman yang tidak asing bagi masyarakat di Indonesia karena dapat menghasilkan minyak kayu putih (cajuput oil) yang berkhasiat sebagai obat, insektisida dan wangi-wangian. Selain itu, pohon kayu putih dapat digunakan untuk konservasi lahan kritis dan kayunya dapat digunakan untuk  berbagai  keperluan  (bukan  sebagai  bahan  bangunan). Dengan demikian, kayu putih memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.
B.Saran
Diharapkan kepada Praktikan, agar melakukan pengamatan dengan serius dan teliti agar semua pengamatan ddapat dilaksanakan dengan baik.