BAB
I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Biologi yang dikaitkan dengan geografi memunculkan
biogeografi, yaitu ilmu yang mempelajari penyebaran makhluk hidup di atas
permukaan bumi serta hubungan-hubungannya dengan ruang dan waktu. Biogeografi
ini terbagi atas tiga disiplin ilmu yaitu geografi manusia (human geography), geografi hewan (zoogeography) dan geografi tumbuhan (plant geography = Phythogeography).
Geografi tumbuhan adalah
ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena tumbuhan dalam hal persamaan maupun
perbedaan dalam kaitannya dengan kelingkungan, kewilayahan dalam konteks
keruangan. Demikian juga dengan geografi hewan adalah sebagai ilmu yang
mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena dunia hewan yang berkaitan dengan
aspek kelingkungan maupun kewilayahan dalam konteks keruangan.
Fenomena dunia tumbuhan maupun hewan itu dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti tanah (lahan), iklim, topografi dan tidak ketinggalan
faktor manusia, dengan segala subvariabel dari masing-masing faktor tersebut. Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang menetap, memiliki
dinding sel yang terdiri dari selulosa dengan sumber bahan makanan dari gas dan
zat cair, melalui bantuan klorofil oleh cahaya. Tumbuhan dipermukaan bumi
sebagai objek kajian bagi ahli geografi tumbuhan. Bentuk fisik maupun sifat
masyarakat tumbuhan tersebut berbeda-beda menurut besaran lintang, topografi,
maupun kedudukannya pada benua. Oleh sebab itu para ahli geografi tumbuhan
lebih memusatkan perhatiannya terhadap hubungan tumbuhan dengan tanah,
topografi dan iklim untuk mengkaji persebaran, jenis beserta agihan.Objek
kajian geografi tumbuhan adalah tumbuhan yang sifatnya natural dan bukan
tumbuhan yang sudah mendapatkan perlakuan khusus atau rekayasa oleh manusia
B.Tujuan
Praktek Lapang
Melalui praktek lapang mata kuliah Biogeografi atau Geografi Hewan dan Tumbuhan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1.Penguasaan materi tidak hanya sekedar teori namun juga melihat contoh nyata hewan maupun tumbuhan secara langsung di lokasi praktek.
2.Mengkaji jenis-jenis tumbuhan yang hidup di lokasi praktek khususnya desa Panaikang, Malino
Melalui praktek lapang mata kuliah Biogeografi atau Geografi Hewan dan Tumbuhan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1.Penguasaan materi tidak hanya sekedar teori namun juga melihat contoh nyata hewan maupun tumbuhan secara langsung di lokasi praktek.
2.Mengkaji jenis-jenis tumbuhan yang hidup di lokasi praktek khususnya desa Panaikang, Malino
BAB II
KAJIAN TEORI
Kayu putih (Melaleuca cajuputi sub sp. cajuputi) Minyak kayu putih merupakan salah satu
produk kehutanan yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Minyak atsiri hasil
destilasi atau penyulingan daun kayu putih (Melaleuca leucadendron
Linn.) ini memiliki bau dan khasiat yang sangat khas, sehingga banyak dipakai
oleh setiap orang, terutama pada bayi.minyak kayu putih dapat tumbuh didaerah
tandus,tahan panas dan tumbuh kembali setelah dibakar pohonnya. Pohon kayu
putih terdapat secara alami di daerah Asia Tenggara, yang tumbuh di dataran
rendah atau rawa tetapi jarang ditemui di daerah pegunungan. Tanaman kayu putih
yang tumbuh di rawa-rawa mempunyai komposisi kimia yang berbeda dengan yang
terdapat pada dataran rendah. Komponen utama dalam minyak kayu putih adalah
sineol yang mencapai 65%. Dengan adanya komponen tersebut, minyak kayu putih
dapat langsung digunakan sebagai obat-obatan dan minyak wangi. Tetapi di luar
negeri, minyak kayu putih juga digunakan sebagai bahan baku untuk industri
farmasi dan parfum. Tanaman lain yang juga mengandung sineol adalah eucalyptus,
dengan kadar yang kebih besar yakni sekitar 85%.
Permukaan daun minyak
kayu putih berambut, warna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan, Daun bila
dimemarkan berbau minyak kayu putih. Perbungaan majemuk bentuk bulir, bunga
berbentuk seperti lonceng, daun mahkota warna putih, kepala putik berwarna
putih kekuningan, keluar di ujung percabangan. Buah panjang 2,5-3 mm, lebar 3-4
mm, warnanya coklat muda sampai coklat tua. Bijinya halus, sangat ringan
seperti sekam, berwarna kuning. Buahnya sebagai obat tradisional disebut merica
bolong. Ada beberapa varietas pohon kayu putih. Ada yang kayunya berwarna
merah, dan ada yang kayunya berwarna putih. Rumphius membedakan kayu putih
dalam varietas daun besar dan varietas daun kecil. Varietas yang berdaun kecil,
yang digunakan untuk membuat minyak kayu putih. Daunnya, melalui proses
penyulingan, akan menghasilkan minyak atsiri yang disebut minyak kayu putih,
yang warnanya kekuning-kuningan sampai kehijau-hijauan. Daun kayu putih
perbanyakan dengan biji atau tunas akar.
Minyak kayu putih (cajuput oil, oleum-melaleuca-cajeputi,
atau oleum cajeputi) dihasilkan dari hasil penyulingan daun dan ranting kayu putih. Tanaman yang memiliki nama latin Meialeuca leucadendra L
ini dapat tumbuh di tanah tandus, tahan panas dan dapat bertunas kembali
setelah terjadi kebakaran. Tanaman ini dapat ditemukan dari dataran rendah
sampai 400 m dpl.
Menurut Bailey (1963) dalam Ketaren dan
Djatmiko, 1978), Tanaman kayu putih dapat tumbuh di daerah yang mengandung air
garam, angin bertiup kencang, kering dan berhawa sejuk. Dengan kondisi diatas
maka tanaman ini dapat juga ditanam didaerah pantai dan pegunungan.
Pohon kayu putih terdapat secara alami di
daerah Asia Tenggara, yang tumbuh di dataran rendah atau rawa tetapi jarang
ditemukan di daerah pegunungan. Tanaman kayu putih yang tumbuh di rawa-rawa
mempunyai komposisi kimia yang berbeda dengan yang terdapat pada dataran rendah.
Tanaman yang tumbuh di rawa-rawa mempunyai kadar sineol yang rendah, bahkan ada
yang tidak mengandung sineol, sehingga tanaman kayu putih yang tumbuh di
rawa-rawa tidak mempunyai nilai ekonomi (Ketaren dan Djatmiko, 1978).
Di Indonesia tanaman kayu putih tumbuh di
Maluku (pulau Baru, Seram, Nusalaut, Ambon) dan Sumatra Selatan (sepanjang
sungai Musi, Palembang) Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Irian
Jaya. Di daerah tersebut tanaman kayu putih tumbuh secara alami, sedangkan
tanaman yang diusahakan terdapat di Jawa Timur, dan Jawa Barat.
Pohon ini memiliki tinggi 10-20 m, kulit
batangnya berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan kulit
yang terkelupas tidak beraturan. Batang pohonnya tidak terlalu besar, dengan
percabangan yang menggantung kebawah. Daun tunggal, agak tebal seperti kulit,
bertangkai pendek, letak berseling. Helaian daun berbentuk jorong atau lanset,
panjang 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm, ujung dan pangkalnya runcing, tepi rata,
tulang daun hampir sejajar. Permukaan daun berambut, warna hijau kelabu sampai
hijau kecoklatan, Daun bila diremas atau dimemarkan berbau minyak kayu putih.
Perbungaan majemuk bentuk bulir, bunga berbentuk seperti lonceng, daun mahkota
warna putih, kepala putik berwarna putih kekuningan, keluar di ujung
percabangan. Buah panjang 2,5-3 mm, lebar 3-4 mm, warnanya coklat muda sampai
coklat tua. Bijinya halus, sangat ringan seperti sekam, berwarna kuning.
Buahnya sebagai obat tradisional disebut merica bolong. Ada beberapa varietas
pohon kayu putih. Ada yang kayunya berwarna merah, dan ada yang kayunya
berwarna putih.
Rumphius membedakan kayu putih dalam
varietas daun besar dan varietas daun kecil. Varietas yang berdaun kecil, yang
digunakan untuk membuat minyak kayu putih. Daunnya, melalui proses penyulingan,
akan menghasilkan minyak atsiri yang disebut minyak kayu putih, yang warnanya
kekuning-kuningan sampai kehijau-hijauan. Perbanyakan dengan biji atau tunas
akar.
Sebagai tumbuhan
industri, kayu putih dapat diusahakan dalam bentuk hutan usaha (agroforestri.
Perhutani memiliki beberapa hutan kayu putih untuk memproduksinya. Minyak kayu
putih yang diambil dari penyulingan biasa dipakai sebagai minyak balur atau
campuran minyak pengobatan lain (seperti minyak telon) atau campuran parfum
serta produk rumah tangga lain.
Minyak kayu putih
merupakan salah satu produk kehutanan yang telah dikenal luas oleh masyarakat.
Minyak atsiri hasil destilasi atau penyulingan daun kayu putih (Melaleuca
leucadendron Linn.) ini memiliki bau dan khasiat yang khas, sehingga banyak
dipakai sebagai kelengkapan kasih sayang ibu terhadap anaknya, terutama ketika
masih bayi.
Ciri-ciri bahan
minyak kayu putih yang bagus diantaranya pohon kayu putih yang berdaun lebat
dan tua. Disamping itu musim kering juga sangat berpengaruh, semakin kering
kandungan minyaknya semakin banyak.
Selain menghasilkan
minyak kayu putih, batang dan daun yang telah dimasak dikeringkan lagi untuk
digunakan menjadi bahan bakar. Batang kayu putih sebagai bahan bakar tungku
penyulingan, sedang daun yang telah kering digunakan untuk masak sajeng (nira).
Karena dapat tumbuh
di daerah yang tandus, maka penanaman kayu putih selain untuk mendapatkan
minyaknya, dapat juga digunakan untuk mencegah erosi pada tanah yang gundul
(Anonim 2008). Selain itu, tanaman kayu putih mampu mempercepat pemulihan hutan
sekunder dari kebakaran maupun dari pengembalaan liar yang berpindah-pindah. In
di karenakan tanaman kayu putih mampu bertahan pada areal yang memiliki suhu
yang sangat tinggi termasuk bijinya yang dapat bertahan saat terjadi kebakaran
hutan (Soetrisno 1990).
Secara ekologi,
tanaman kayu putih merupakan tanaman yang mempunyai perakaran dalam sehingga
mempercepat daur ulang unsure-unsur hara dari serasahnya. Manfaat ekologi yang
lain juga adalah dengan pengurangan aliran air permukaan, pencucian unsur hara
dan erosi tanah melalui efek rintangan yang dihasilkan oleh akar-akar dan
batang pohin pada proses tersebut juga Perbaikan struktur tanah melalui
penambahan bahan organik secara tetap dari daun- daun yang terkomposisi (
Lajihe, 2000).
Lain halnya dengan
aspek ekonomi, banyak orang mengakui bahwa nilai ekonomis kayu putih jauh lebih
kecil dibandingkan dengan kayu jati yang dihasilkan PT Perhutani. Namun
demikian, proses produksi tersebut berdampak luas secara sosial. Secara ekonomi
tanaman kayu putih memang lebih rendah nilainya ketimbang kayu jati. Tapi,
usaha minyak kayu putih mampu menyerap ribuan tenaga kerja sehingga memiliki
dampak positif yang sangat besar dari kegiatan tersebut.
Dari usaha minyak
kayu putih memiliki nilai yang dihasilkan dalam setengah bulan sekitar 200
hingga 300 kilogram dengan harga jual kisaran Rp 100 ribu per kilogram. Banyak
sedikitnya hasil penyulingan tergantung bagus tidaknya bahan baku. Dengan
demikian diprlukan tinjauan yang kebih mendalam mengenai usaha yang
dikembangkan dari tanaman kayu putih ini. Karena selain daunnya yang di
manfaatkan. Batang dan pohonnya memiliki nilai ekonomi seperti menjadikannya
kayu baker yang di gunakan untuk biaya produksi minyak kayu putih itu sendiri.
Dalam usaha
pemerintah mengembangkan sector hasil hutan bukan kayu, maka usaha yang
meliputi pengembangan produksi kayu putih perlu di tijau ulang. Sehingga dapat
di temukan solusi cerdas yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang
menggeluti bidang ini. Dari beberapa hasil penelitian, membuktikan bahwa
masyarakat mengalami hambatan dalam permodalan usaha ini. Peran pemerintah
untuk membantu kinerja usaha yang sengaja di kembangkan tersebut diperlukan
campurtangan pemerintah yang lebih positif ketimbang memberdayakan mereka tanpa
tujuan yang jelas.
BAB
III
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Nama
Latin : (Melaleuca cajuputi sub sp. cajuputi)
Nama Indonesia : daun kayu putih
Nama Lokal : Gelam (Sunda, Jawa), ghelam (Madura), inggolom (Batak); Gelam, kayu gelang, kayu putih (Melayu), bru galang,; Waru gelang (Sulawesi)
Nama Lokal : Gelam (Sunda, Jawa), ghelam (Madura), inggolom (Batak); Gelam, kayu gelang, kayu putih (Melayu), bru galang,; Waru gelang (Sulawesi)
2. Habitat hidup /syarat hidup daun
kayu putih
1.
Lahan
Pada umumnya kayu putih relatif mudah
ditanam, terutama pada jenis tanah grumosol, latosol, maupun regosol.
Jarak tanam ideal pada hutan tanaman biasanya menggunakan 2 x 1 m, atau 3 x 1
m, untuk pola tanam tumpangsari. Pengolahan lahan dapat dilakukan dengan
dicangkul atau untuk lahan yang topografinya datar dapat diolah dengan
traktor. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan sistem cemplongan
yaitu tanah yang diolah hanya seluas 1 m2 dari titik tanam.
Lubang tanam dapat dibuat dengan berbagai macam ukuran, tetapi yang dianjurkan
adalah 30 cm x 30 cm x 30 cm. Lubang tanam dipupuk dengan kompos sebanyak
1-2 kg per lubang untuk memacu pertumbuhan awal tanaman. Pemasangan ajir dengan
ukuran 50-80 cm agar ajir mudah dilibat dan penanaman menjadi lebih mudah.
2.
Iklim
Kayu putih merupakan tanaman panas. Akan
tetapi, dalam penanamannya, bibit kayu putih memerlukan kelembaban yang tinggi.
Bibit kayu putih ditanam pada bulan januari – pebruari, karena memiliki curah
hujan yang tinggi. Jika bibit ditanam pada bulan lain, maka diperlukan
penyiraman agar bibit dapat tumbuh.
3.
Perawatan
a)
Penyiangan
Penyiangan adalah pembersihan gulma yang
tumbuh disekitar tanaman kayu putih. Gulma perlu dihilangkan Karen akan
mengganggu pertumbuhan kayu putih. Unsure hara yang ada dalam tanah akan
diambil oleh gulma. Penyiangan harus dilakukan secara kontinyu agar gulma tidak
tumbuh merjalela.
b)
Pendangiran
Pendangiran merupakan pekerjaan
menggemburkan tanah pada sekitar batang pokok. Tujuannya adalah untuk
memberikan aerasi tanah yang lebih baik dan sistem perakaran menjadi sehat.
c)
Pemangkasan Batang
kegiatan pemangkasan ini bertujuan untuk
permudaan cabang dan memudahkan dalam pemungutan daun. Untuk tegakan yang telah
berumur lebih dari 5 tahun sebaiknya dilakukan pemangkasan setinggi 1 m, dan
sebaiknya pekerjaan ini dilakukan pada akhir musim kemarau atau menjelang musim
hujan.
4.
Pemupukan
Pemberian pupuk lanjutan di lapangan
cukup menggunakan pupuk kandang secukupnya atau pupuk organik (NPK atau Urea)
dengan dosis 100gr/pohon untuk memacu pertumbuhan perakaran batang maupun daun.
3.
Nilai Ekologis
Secara ekologi, tanaman kayu putih
merupakan tanaman yang mempunyai perakaran dalam sehingga mempercepat daur
ulang unsure-unsur hara dari serasahnya. Manfaat ekologi yang lain juga adalah
dengan pengurangan aliran air permukaan, pencucian unsur hara dan erosi tanah
melalui efek rintangan yang dihasilkan oleh akar-akar dan batang pohin pada
proses tersebut juga Perbaikan struktur tanah melalui penambahan bahan organik
secara tetap dari daun- daun yang terkomposisi.
4.
Nilai Ekonomis
Dari aspek ekonomi, banyak orang mengakui
bahwa nilai ekonomis kayu putih jauh lebih kecil dibandingkan dengan kayu jati
yang dihasilkan PT Perhutani. Namun demikian, proses produksi tersebut
berdampak luas secara sosial. Secara ekonomi tanaman kayu putih memang lebih
rendah nilainya ketimbang kayu jati. Tapi, usaha minyak kayu putih mampu
menyerap ribuan tenaga kerja sehingga memiliki dampak positif yang sangat besar
dari kegiatan tersebut.
Dari usaha minyak kayu putih memiliki nilai
yang dihasilkan dalam setengah bulan sekitar 200 hingga 300 kilogram dengan
harga jual kisaran Rp 100 ribu per kilogram. Banyak sedikitnya hasil
penyulingan tergantung bagus tidaknya bahan baku. Dengan demikian diprlukan
tinjauan yang kebih mendalam mengenai usaha yang dikembangkan dari tanaman kayu
putih ini. Karena selain daunnya yang di manfaatkan. Batang dan pohonnya
memiliki nilai ekonomi seperti menjadikannya kayu baker yang di gunakan untuk
biaya produksi minyak kayu putih itu sendiri.
5.
Nilai
Medicine/Herbal
Tanaman kayu putih dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan
dalam dunia kesehatan, diantaranya :
·
Anti Septic dan Bakteri : Minyak kayu putih ini sangat
efisien dalam menanggulangi infeksi dari kuman, virus dan jamur, seperti
tetanus, influenza dan penyakit-penyakit menular lainnya seperti kolera, tipus
dan sebagainya. Sebagai obat luar digunakan untuk luka yang disebabkan besi
yang berkarat agar terlindung dari tetanus.
·
Insektisida
dan Vermifuge : Minyak kayu putih sangat efisien dalam berkendaraan jauh agat
tidak masuk angin dan membunuh serangga. Aroma yang kuat sehingga bisa ditambah
cairan lain kemudian dimasukan ke semprotan dan digunakan untuk mengusir nyamuk
dan serangga lainnya.
·
Decongestant
dan Expetorant : Kayu putih dapat dimanfaatkan untuk mengobatan gangguan pada
hidung dan tenggorokan, organ pernapasan lainnya dan batuk serta infeksi lain
yang menyebabkan radang tenggorokan dan bronchitis.
·
Kosmetik dan Tonik : bermanfaat untuk
menghaluskan dan dan mencerahkan kulit dan bebas dari infeksi sehingga banyak
dipergunakan untuk kosmetik , dapat mencegah infeksi pada kulit tersebut maka
dipergunakan jugu sebagai tonik (pelindung).
·
Perangsang dan Sudororific : Bermanfaat
merangsang saraf-saraf pada tubuh, memberikan efek pemanasan dan mempelancar
sirkulasi pengeluaran sehingga dapat membantu toksin dikeluarkan daru tubuh
melalui saluran pengeluaran.
·
Analgesik :
bermanfaat mengurangi rasa sakit seperti sakit gigi, sakit kepala, sakit pada
persendian, otot , pilek, demam dan lain-lain.
·
Panas :
bermanfaat untuk mengurangi demam yang disebabkan karena terjadinya infeksi
dengan mengelurkannya melalui keringat sehingga bisa mendinginkan suhu tubuh.
·
Udara :
bermanfaat untuk mengeluarkan angin bagi penderita yang mesuk angin, mencegah
masuk angin serta membantu mengeluarkan angin yang ada dalam perut melalui
saluran pembuangan.
·
Anti Sakit Saraf : bermanfaat untuk mengatasi
sakit sarat di sekitar daerah mulut termasuk tenggorokan, telinga, amandel,
pangkal hidung, hulu tenggorokan dan sekitarnya. Sakit parah akibat konpresi di
sekitar tenggorokan yang disebabkan makan premen, makanan, banyak tertawa dan
berteriak. Dengan minyak kayu putih dapat membantu mengurangi rasa sakit karena
dapat mempelancar peredaran darah sehingga dapat mengurangi pembengkakan sehingga
melonggarkan tekanan saraf-saraf di tenggorokan sehinga dapat membantu langsung di daerah sekitar sakit
tersebut.
6.
Nilai Estetika
Tanaman daun kayu
putih ini merupakan tanaman yang tidak memiliki bunga sehingga dari segi
estetika tidak terlalu menarik untuk dijadikan sebagai tanaman hias.
7.
Nilai Fisiografi
Ciri – ciri tanaman kayu putih antara lain :
1.
Pohon kayu putih mempunyai tinggi berkisar antara 10-20 m, kulit batangnya
berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan kulit yang terkelupas tidak beraturan.
2.
Batang pohonnya tidak terlalu besar, dengan percabangan yang menggantung
kebawah. Daunnya tunggal, agak tebal seperti kulit, bertangkai pendek, letak
berseling.
3.
Helaian daun berbentuk jorong atau lanset, dengan panjang 4,5-15 cm, lebar
0,75-4 cm, ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata dan tulang daun hampir
sejajar. Permukaan daun berambut, warna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan,
Daun bila diremas atau dimemarkan berbau minyak kayu putih.
4.
Perbungaan majemuk bentuk bulir, bunga berbentuk seperti lonceng, daun mahkota
warna putih, kepala putik berwarna putih kekuningan, keluar di ujung
percabangan. Buah panjang 2,5-3 mm, lebar 3-4 mm, warnanya coklat muda sampai
coklat tua.
BAB IV
KSIMPULAN DAN SARAN
KSIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kayu putih dapat tumbuh di tanah
tandus, tahan panas dan dapat bertunas kembali setelah terjadi kebakaran.
Tanaman ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 400 m dpl., dapat tumbuh
di dekat pantai di belakang hutan bakau, di tanah berawa atau membentuk hutan
kecil di tanah kering sampai basah.
Tanaman kayu
putih (Melaleuca leucadendron L.) merupakan tanaman yang tidak asing
bagi masyarakat di Indonesia karena dapat menghasilkan minyak kayu putih (cajuput
oil) yang berkhasiat sebagai obat, insektisida dan wangi-wangian. Selain
itu, pohon kayu putih dapat digunakan untuk konservasi lahan kritis dan kayunya
dapat digunakan untuk berbagai keperluan (bukan sebagai
bahan bangunan). Dengan demikian, kayu putih memiliki nilai ekonomi
cukup tinggi.
B.Saran
Diharapkan kepada Praktikan, agar melakukan
pengamatan dengan serius dan teliti agar semua pengamatan ddapat dilaksanakan
dengan baik.